Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 23 Agustus 2009

Hikmah dari Seorang Bapak (Sebuah Catatan Dt Ari Wibowo)


Selasa, 4 Agustus 2009

Seperti yang pernah dikatakan salah satu dosenku… dibawah yang buruk masih ada yang jauh lebih buruk… dan diatas yang baik masih pula ada yang jauh lebih baik… ini juga berlaku ketika kita bersyukur dengan kondisi yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita... Kira2 itulah yang ku rasakan tadi sore sepulang kerja…
Seperti biasa aku melaksanakan sholat Ashar sekitar pukul setengah 5 sore… memang sedikit dilema untuk sholat yang satu ini karena untuk berjamaah pada awal waktu agak sulit aku lakukan, yah tak lain karena jam kerja yang mepet; antara adzan dengan jam pulang selisih sekitar 1 jam…
Agar tidak terlalu sore maka aku biasanya singgah ke masjid raya Mujahiddin.. karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari kantorku… parkir sepeda motor dekat dengan sekretariat Baitul Maal maka aku bisa langsung mengambil wudhu dan masuk ke masjid.. terlihat beberapa orang baru selesai sholat di dalam masjid… tidak banyak mungkin hanya 3-4 orang saja…
Sementara dibelakangku ada seorang bapak2 yang sedang mengambil wudhu… aku tau bapak ini… karena beberapa kali aku bertemu dia di waktu ashar… bahkan terhitung 2 kali aku memintanya menjadi imam untuk melaksanakan sholat bejamaah… maka aku menunggu beliau untuk melakukan hal yang sama sore ini…
Sederhana sekali penampilan beliau –bahkan terkesan lusuh-… baju kaos yang telah terkena noda di banyak sisi dan celana training olah raga yang tak kalah lusuh… serta sebuah tas selempang…
Ketika beliau masuk ke masjid… dengan ramah ku minta dia untuk menjadi imam..
“sholat berjamaah pak?” tanyaku..
“iyah boleh” jawabya seraya tersenyum…
Sulit ku jelaskan… namun senyuman dari bapak -yang mungkin sudah memasuki usia 50an- ini begitu menenangkan… senyuman yang dibalut keikhlasan… akh senang aku melihat senyumnya…
“sebentar dik” katanya seraya mebuka tas selempang yang dibawanya dari tadi…
Sempat aku melirik ke dalamnya… yah sebuah baju kemeja putih lengan pendek… dan sarung… serta air mineral yang telah habis sebagian…
Begitulah… rupanya bapak ini hendak mengganti pakaian (lebih tepatnya melapis pakaian) sebelum sholat… dan dengan cara tertentu mengganti celana training dengan sarungnya…
… persiapan siap… sholatpun dilaksanakan…
Seusai sholat biasanya aku langsung pulang… tapi sore ini ada perasaan ingin menyapa bapak sederhana tadi… yah… beberapa kali melaksanakan solat bersama tak pernah aku berbicara dengan beliau… yah sekedar memperkanalkan diri atau apalah… maka kutunggu beliau di dekat tempat parkir… agak lama dia keluar dari masjid… karena harus mengganti pakaian dan merapikannya dahulu…
“Baru pulang kerja pak??” tanyaku… pada saat itu aku baru sadar bahwa beliau ke masjid menggunakan sepeda… yah sepeda yang sudah agak tua nampaknya…
“iyah..” jawabnya ramah sembari tersenyum…
“hmmm kerjanya di mana pak??” lanjutku..
“saya kerja di podomoro dik…”
“owh… trus pulangnya ke mana pak??”
“masih jauh… saya rumahnya di sungai durian…”
Kaget aku dibuatnya… membayangkan betapa jauh rumah bapak ini… mungkin sekitar 10Km atau lebih dari itu… dan harus beliau lewati menggunakan sepeda tuanya…
Ada sesak di dada… ada air mata yang tertahan melihat perjuangan bapak ini… setiap hari… sepanjang tahun… namun ia selalu sempatkan dirinya untuk singgah ke masjid agung ini untuk mengingat Tuhannya… dan senyum yang indah tadi rasanya menjelaskan padaku bagaimana ia telah berdamai dengan takdir… dan beristiqamah dan tegar di jalan Allah… bagaimanapun sulit kondisinya…
“Assalamulaiakum”… sapanya lirih sambil berlalu mengayuh sepedanya meninggalkan masjid megah dengan menara menjulang ini…
“waalaikum salam…” jawabku yang masih tertegun memandanginya… mengayuh sepeda… hingga hilang dari pandangan mata…
Aku merasa begitu kecil… teringat nikmat dan kemudahan yang diberikan Allah kepadaku… motor, komputer, ilmu, pekerjaan, waktu, kesehatan, semuanya… dan ketika aku harus membandingkannya dengan bapak tadi… bahkan banyak orang2 diluar sana yang jauh lebih menyedihkan kondisinya… membandingkan hal itu membuat hati tergenang… tak terasa mata basah… namun tak juga air mata mengalir, dada sesak… menahan jeritan hati yang memantul2 di telinga….
“Ya Allah Jangan Jadikan Aku Seorang Kufur Atas Nikmatmu….”
Jeritan hati yang membawku pada sebuah cerita yang pernah ku dengar dalam sebuah dakwah, yang kira2 isinya seperti ini…
…suatu ketika Rasul SAW bertemu dengan seorang yang bekerja kasar… -pemecah batu seingatku-… melihat kondisi tangan pekerja itu Rosulpun bertanya
“ada apa dengan tanganmu” tanya Rasul
“yah tanganku menjadi hancur seperti ini karena kau harus bekerja untuk menghidupi keluargaku ya Rosul…” jawab pekerja itu…
Maka Rasul SAW pun memegang tangan itu dan mengecupnya seraya berkata…
“inilah tangan yang tidak akan terbakar api neraka…”

Membayangkan bapak tadi… membuatku terfikir… orang2 seperti merekalah yang mungkin nantinya akan berjalan di padang mahsyar dengan tenang.. diliputi cahaya berkah… dan begitu tinggi derajatnya sabagai balasan atas keikhlasan hidup yang mereka jalani….yah begitu tinggi derajatnya…walahualam…
Semoga keberkahan selalu terlimpahkan bagi orang2 yang berjuang di jalanmu ya Allah…

(Jazakallah kepada Bang Dt atas izin meng-upload catatan facebook-nya di sini, semoga kita bisa menggali hikmah dari kisah ini....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar