Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, 25 Juli 2009

The True Starring


Tulisan ini adalah salinan diary saya tanggal 4 Juni 2009 pukul 23.45 WIB.
“Setiap orang adalah 'True Starring': peran utama yang sejati dalam kehidupannya masing-masing. Maka lakukan yang terbaik dengan peran yang diberikan tersebut. Jika engkau diberikan peran untuk memberi, maka nikmatilah tanpa membuat hukum ”harus menerima”.
Terkadang, kita sendiri yang memilih untuk tidak menjadi peran utama dengan takut bersikap, takut berbuat, takut berkata, takut menjadi diri sendiri,takut untuk jujur, atau takut untuk mengambil resiko atau kesempatan emas serta takut untuk mengambil keputusan. Maka tinggalkan itu semua dan jadilah pemberani. Bangunlah kebiasaan positif dalam hidupmu, bersabar, dan, berjuanglah untuk menjadi seorang peran utama yang sejati.
Ingat setiap orang adalah peran utama yang sejati dalam film kehidupannya masing-masing. Jadilah peran utama yang sesungguhnya.”
Oh ya, sekedar tambahan keterangan gambar di atas, Tom Hanks adalah peran utama pada film favorit saya : The DaVinci Code.Ia memerankan Robert Langdon, seorang ahli simbologi dan ikonologi yang sangat jenius dalam memecahkan segala teka-teki dalam cerita ini. Pemain lain yaitu Audrey Tautou, aktris Prancis yang memerankan Sophie Neveu.

(motivasi untuk diri saya sendiri yang saat itu sedang down)

Kenapa Saya Cinta Lumba-Lumba...*^-^/


Seorang teman bertanya, kenapa nama blog saya lumba-lumba, kenapa nggak ikan duyung, merpati, atau hewan lainnya. Ikan Duyung (katanya) melambangkan sikap keibuan, saya ragu apakah saya keibuan soalnya kalau ketemu ponakan cowok saya seringnya malah berantem bukan memanjakan dia. Padahal ponakan saya umurnya lima tahun, nah lho! Sudah gitu, kemampuan masak saya sekitar 10 % saja-lah (liburan ini rencananya mau belajar masak...hehe).
Postingan ini semoga dapat menjelaskannya..., mari kita mulai dengan apa itu lumba-lumba...,jjjiiaaaa ^-^....
Lumba-lumba, menurut Ensiklopedi Indonesia yang ditulis dan disusun oleh Hasan Shadilly(1987): adalah kelompok hewan mammalia, termasuk suku ikan paus bergigi (Odontoceti)....,tubuh berbentuk seperti torpedo, panjang antara 1,5-10 mmempunyai sirip punggung, sirip dada, dan sirip ekor. Kulit sangat licin,berwarna putih, kelabu kehitaman sampai kemerah-merahan. Mulut berbentuk paruh, kedua rahang penuh gigi. Dahi menonjol. Lumba-lumba dibedakan dari paus karena hanya mempunyai satu lubang di atas kepala. Hewan ini hidup secara berkelompok dan dianggap mempunyai kecerdasan cukup tinggi.
Bosen ya, baca deskripsi di atas? Nggak apa-apa lah, ya, mengobati kerinduan saya bikin tinjauan pustaka laporan praktikum..., hehe.
Deskripsi di atas adalah jawaban dari kecintaan saya terhadap lumba-lumba, betapa mereka memiliki aspek biologis yang sangat menarik. Jadi lumba-lumba bukanlah ikan, melainkan salah satu jenis mammalia yang hidup di laut. Saya ingin nama blog ini mewakili kecintaan saya terhadap ilmu biologi, sebab nantinya di blog ini akan ada grup khusus tentang biologi (ingetin saya, ya....).
Nah, dari segi filosofisnya, banyak sekali....Pertama, dalam film-film yang saya tonton, salah satunya Free Willy, lumba-lumba digambarkan sebagai hewan yang memiliki karakter setia dan bersahabat. Bikin saya menangis terharu dan pengen punya temen lumba-lumba...,whooaaa....
Kedua, dari deskripsi di atas, lumba-lumba adalah hewan yang senang hidup berkelompok, kayak saya (tapi saya bukan hewan). Saya senang jika memiliki banyak teman daripada sendirian.
Ketiga, lumba-lumba itu hewan yang bebas, bisa berenang sesuka mereka di samudera yang luas, biru, dan dingin. Sayangnya saya tidak bisa berenang, makanya saya pengen jadi lumba-lumba yang bisa berenang bebas di lautan. Tapi saya lebih suka jadi manusia sih, hehe.
Mimpi iseng saya, suatu hari saya pengen jadi ahli biologi laut yang salah satu kerjaannya ngurusin kesejahtraan lumba-lumba...,whehehe, tinggalnya deket laut dan punya temen seekor lumba-lumba yang lucu.
Why blue dolphin? , because i like that color very much....
Jadi jangan nawarin supaya nama blog saya diubah menjadi mermaid’s blog ya…, hehe.

Siapa Yang Lebih Dapat Menikmati Perjalanan?


Pertanyaan ini menarik buat saya.
Sejak SMA saya terbiasa menempuh perjalanan jauh untuk sampai ke sekolah, maupun di kampus saat ini. Hingga jika orang-orang kaget dengan jarak rumah saya yang cukup jauh dari sekolah, saya tidak terlalu ambil peduli, soalnya udah gak kerasa lagi sih. Tapi kadang-kadang kerasa juga sih, kalau lapar atau ngantuk di jalan.
Setiap orang bisa saja sampai di tujuan perjalanannya, tapi siapakah yang lebih bisa menikmati perjalanan?
Jika kita punya sebuah motor yang dapat dipakai ngebut, sehingga waktu berangkat kita bisa lebih lambat dari orang lain untuk sampai ke tujuan, pernahkah kita berpikir jika seseorang yang menggunakan sepeda harus berangkat lebih awal untuk sampai dengan waktu yang sama dengan kita?
Jika kita selalu terburu-buru untuk dapat sampai ke tujuan, pernahkah kita berpikir jika seseorang yang menaiki sepeda dan berangkat lebih awal dapat lebih santai dan menikmati perjalanannya?
Mungkin dia dapat lebih memperhatikan lebih banyak hal dalam perjalanannya, orang-orang seperjalanan dengan tujuan dan pikiran yang berbeda-beda, keadaan alam sekitarnya, apakah hujan atau gerimis, teduh atau panas, atau mungkin hal-hal menarik yang ada di tepi jalan, orang-orang yang menunggu jemputan, berteduh, gelandangan yang tak punya rumah,pengemis yang menanti uluran tangan, berbagai kondisi sosial yang ada di sekitar kita. Kemudian dia semakin merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari dunia yang ia lihat dan perjalanannya hanyalah merupakan salah satu dari sekian banyak perjalanan mengarungi waktu.
Saya pikir seseorang yang lebih bersusah payah dalam perjalanannya itulah yang sebenarnya lebih dapat menikmatinya, dalam hal ini seseorang yang menggunakan sepeda daripada yang menaiki motor, walaupun ada juga pengendara sepeda yang terburu-buru.
Seseorang yang bersusah payah dalam perjalanannya juga lebih dapat menghargai untuk dapat sampai ke tujuan tepat pada waktunya. Koreksian buat saya yang masih sering ngaret nih, hehe. Saya mau bikin reward buat diri sendiri ah, kalau bisa sampai di tujuan tepat pada waktunya biar makin semangat.
Nah, kalau perjalanan yang dimaksud di postingan ini adalah perjalanan kehidupan, saya yakin Anda bisa menerjemahkan dan meneruskannya sendiri...Terimakasih sudah mau membaca kisah tentang perjalanan ini...^-^v

Selama Ini Kita Terlalu Sering Memakai Kacamata Hitam



Ungkapan atau lebih tepatnya kesimpulan di atas berawal dari sebuah berita sedih tentang tetangga saya, seorang Bapak yang sangat baik dan ramah pada tetangga-tetangganya.
Kurang lebih seminggu yang lalu kami menerima kabar bahwa Bapak (sebut saja Pak Sabar) sakit, beberapa hari kemudian Pak Sabar dibawa ke RS dan semakin jelas bahwa sakit yang diderita adalah sakit diabetes. Ayah saya pun segera datang untuk menjenguk dan ketika ia pulang belum ada kabar mengejutkan yang saya dengar tentang Pak Sabar. Kami pun berharap ia segera lekas sembuh dan dapat pulang ke rumah.
Baru kemarin saya mengetahui dari tetangga bahwa ternyata ada luka infeksi di kaki kanan Pak Sabar dan telah menjalar hingga ke betisnya, sehingga kakinya harus diamputasi.... sehari sebelumnya.
Ketika mendengar berita ini saya langsung merasakan dalam-dalam keberadaan kaki saya. Ya Allah, selama ini saya jarang sekali menyadari keberadaan dan arti pentingnya kaki ini. Saya seringkali mengeluh ataupun di waktu lain marah-marah dalam keadaan masih memiliki dua kaki yang sehat dan kuat. Apa jadinya jika Allah menimpakan cobaan itu pada saya, mungkin saya akan semakin banyak mengeluh, minder, mengurung diri di rumah, dan tak kuasa bertemu orang-orang, atau mungkin saya tak akan sepercaya diri sekarang.
Semalam saya dan keluarga menjenguk Pak Sabar di rumah sakit..., dan tahukah kalian apa yang saya lihat...? Seorang Bapak yang berbaring dengan sepenuh tawakal dan wajah yang memancarkan penerimaan dan kesabaran. Ya, memang wajah itu terlihat sedih, namun wajah itu begitu kuat dan sabar, mungkin wajah yang tak mampu saya tampakkan jika saya di posisinya.
Saya pun mengenal seseorang yang cacat kakinya, namun Subhanallah, saya seringkali melihatnya shalat berjamaah di mushola tepat pada waktunya dan ikut antri berwudhu bersama yang lainnya. Ketika kita yang memiliki kaki normal seringkali masih menunda shalat atau bahkan mungkin meninggalkannya.
Bagi yang membaca postingan ini sampai akhir, saya memohon do'a-nya bagi kedua orang luar biasa di atas dan kita semua agar senantiasa diberikan kekuatan dan kesabaran.
Memang ketika kita sejenak diam dan mengingat Allah dan begitu banyak kesalahan yang kita lakukan, terbitlah kelapangan, ketenangan, dan keyakinan dalam diri kita akan ampunan-Nya.
Sampai di sini mungkin pembaca bertanya, lalu dimana letak kacamata hitam dalam postingan saya ini...? Baiklah, yang saya maksud adalah memang selama ini kita terlalu sering memakai 'kacamata hitam' dalam kehidupan kita, sehingga kita jarang mengenali orang-orang luar biasa seperti di atas dan 'kacamata hitam' tersebut membuat kita tak dapat melihat begitu banyak nikmat-Nya di setiap ruas tubuh kita, di setiap jengkal dunia ini..., ke arah mana pun..., timur ke barat, selatan ke tenggara...,dst.
Kacamata hitam dalam arti sebenarnya memang keren, tapi tidak keren jika terus-menerus memakai 'kacamata hitam' kehidupan. Membuat pandangan kita samar akan nikmat-nikmat Allah.
Ada sebuah puisi yang akan menutup postingan ini..,

...dan membentanglah ampunan-Nya...
di rekahan fajar shubuh...
di ketinggian matahari zhuhur...
di redupnya senja...
di sunyinya 1/3 malam terakhir...
dan di setiap momentum yang tak tertuliskan di sini...

semoga bermanfaat, wallahua'lam...

Selasa, 21 Juli 2009

Membina itu ternyata tidak mudah


Minggu ini saya belajar..., bahwasanya kita baru akan memahami kenapa dan kenapa ketika kita berada di posisi orang yang kiat pertanyakan...Ketika masih dalam posisi dibina jujur saya seringkali berprasangka akan tindakan pembina saya. Satu hal...tindakan pembina kadangkala tak dapat dicerna oleh logika remaja saya...Bagi saya saat itu sgala amanah too complicated untuk seorang saya yang masih ingin have fun...
Waktu 5 tahun membalikkan segalanya...Kini Allah menempatkan saya di posisi untuk membina....dan yang saya rasakan adalah betapa sulitnya menerjemahkan kasih sayang itu...Yang saya tahu kasih sayang diterjemahkan secara umum sebagai kelembutan,tindakan yang asih, wajah yang nrimo2 aja, tutur kata halus, dan banyak hal lainnya. Namun ketika di posisi ini ternyata tidak selau seperti itu...
Karena pembinaan adalah pembentukan, terkadang ada tekanan-tekanan yang harus diberikan, layaknya kita membentuk sebuah patung dari tanah liat, dan semua itu hanya demi kebaikan objek yang dibentuk. Jadi penerjemahan kasih sayang itu buat saya kini menjadi lebih luas. Contoh lainnya ketika ibu kita memarahi kita karena senang amin di luar tanpa sandal. Itu semua gar kita tidak sakit.
Yang jelas kini saya sedang belajar bersikap lebih cerdas dan dewasa, dan tetaplah seorang pembina itu adalah seseorang yang penuh kasih sayang dan juga bervisi dalam membentuk objek yang dibina ke arah kebaikan. Teradang saya hanya terdiam dan meneriakkan ungkapan-ungakpan kasih sayang itu dalam hati, dan terkadang ada juga kesempatan untuk mengungkapkannya dalam perkataan maupun perbuatan.
Ini pengalaman pertama saya sebagai pembina, jadi tentunya harus tetap semangat untuk menjadi pembina yang lebih baik....